WILAYAH JEMBER MASUK ZONA POTENSI GERAKAN TANAH MENENGAH |
Oleh : Dinas Komunikasi dan Informatika Prop. Jatim | |
Selasa, 27 Januari 2009 06:49:15 | |
Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Potensi Kejadian Tanah Longsor pada bulan Januari, Wilayah Jember tepatnya di Kampung Curahwungkal, Desa Pace dan di daerah Perbukitan Curah Mas Kecamatan Silo termasuk ke dalam zona potensi terjadi gerakan tanah menengah. Artinya daerah tersebut berpotensi menengah terjadi gerakan tanah bila curah hujan diatas normal. Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Dr Surono dalam keterangan persnya, Selasa (27/1) mengatakan, gerakan tanah banjir bandang terjadi di Desa Pace dan Perbukitan Curah Mas pada 10 Januari lalu sekitar pukul 23.00 WIB terjadi di lereng bagian timur dari permukiman yang padat Sedangkan longsoran lain terjadi pada lereng Perbukitan Curah Mas dengan kemiringan lereng sangat terjal. Sedikitnya terdapat 4 titik longsoran dan material longsoran dari perbukitan tersebut meluncur ke Sungai Curahwungkal dan bergabung tepat di percabangan anak Sungai Curahwungkal yang melalui Kampung Curahwungkal, Desa Pace, Kecamatan Silo. Kondisi daerah bencana bagian timur Kampung Curahwungkal merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan lereng yang terjal, sedangkan Kampung Curahwungkal merupakan daerah permukiman yang padat. Akibat adanya pemotongan lereng untuk membuat permukiman menjadikan lereng menjadi terjal, sangat terjal dengan kemiringan lereng 30-40 derajat, ketinggian tempat 250-270 meter di atas permukaan aut. Jenis gerakan tanah, longsoran bahan rombakan dengan panjang 30 meter, lebar 8 meter, slope 32 derajat dan arah N 250 derajat E disertai dengan retakan pada lereng diatasnya dengan lebar retakan 1-15 cm dengan panjang total retakan 100 meter. Batuan penyusun berdasarkan Peta Geologi Lember Jember, daerah Kampung Curahwungkal berupa Tufa Argopuro dengan tanah penutup umumnya berupa lanau hingga lempung pasiran dengan ketebalan tanah pelapukan 2,5-3 meter. Sedangkan Perbukitan Curah Mas berupa batuan dari formasi batuampar terdiri dari perselingan bat pasir dan batu lempung sisipan tufa, breksi dan konglomerat. Kondisi tanah pelapukan bersifat sarang jika basah mudah menjadi gembur sehingga mudah runtuh. Bencana gerakan tanah dan banjir bandang disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya, batuan pembentuk lereng berupa batuan tufa dan breksi vulkanik yang telah lapuk menjadi lanau hingga lempung pasiran, mengandung kerikil, bersifat porous dengan ketebalan 2,5-3 meter dan di bagian bawahnya terdapat sisipan tufa yang mempunyai kemiringan searah dengan kemiringan lereng yang dapat menjadi bidang gelincir gerakan tanah. Adanya pemotongan lereng untuk daerah permukiman yang hampir tegak dan tinggi, tanpa adanya terasiring sehingga menyebabkan tingginya gaya dorong tanah untuk bergerak mencari keseimbangan baru. Adanya tanah lemah yakni kontak antara tanah pelapukan dengan batuan dasar yang berupa tufa. Adanya tanaman bambu yang terletak di atas tebing pemotongan lereng yang terjal sehingga ketika terjadi tiupan angin menyebabkan lereng bagian bawah menjadi goyah dan menyebabkan terjadi longsoran kecil di bagian bawah, yaitu sekitar akar bambu. Dengan adanya longsoran di lereng bagian bawah maka lereng kehilangan tahanan bawahnya. Hujan yang terjadi secara terus menerus sehingga curah hujan tinggi mengakibatkan banyak air permukiman meresap ke dalam tanah, maka bobot tanah atau batuan tersebut bertambah yang menyebabkan kestabilan lereng terganggu maka terjadi longsoran. Debit sungai yang tinggi bercampur material longsoran membuat erosi lateral tebing sungai dan berkembang menjadi banjir bandang yang membawa material longsoran serta bebatuan, bekas material bangunan dan batang-batang kayu hasil erosi samping tebing kedua sungai tersebut. Dikhawatirkan terjadi gerakan tanah dan banjir bandang susulan maka direkomendasikan bagi penduduk yang bermukim di bawah lereng yang terjadi longsor dan retakan agar diungsikan, karena daerah tersebut masih berpotensi untuk terjadinya longsor susulan. Penduduk yang bermukim di sekitar bantaran sungai perlu waspada terutama paa saat dan setelah hujan lebat karena daerah tersebut masih berpotensi terjadi banjir bandang. Perlu reboisasi kembali di daerah-daerah hulu sungai dan kawasan perbukitan agar terhindar dari tanah longsor dan banjir bandang. (ern/j) Sumber : Dinas Kominfo Prop.Jatim |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar